Senin, 10 Januari 2022

Menantu VS Mertua

Tulisan ini saya copas dr mba langit ambarwati, dan saya sukak banget.. saya edit beberapa bagian utk menyesuaikan dng "saya" lalu saya upload di blog saya ini sebagai pengingat saya kelak..!
Setiap kali melihat postingan tentang kisah menantu perempuan yang berseteru dengan mertuanya, selalu ada "mantra" sebagai penutup. Bahwa setelah menikah, anak perempuan adalah milik suaminya sementara anak lelaki tetap milik ibunya. 

Jujur, sebagai ibu dari DUA anak laki-laki, belum apa-apa saya kok sudah merasa kasihan dengan menantu perempuan saya nanti. Itu sebabnya sekarang saya bekerja sekeras mungkin, mempersiapkan pendidikan dan segala macam untuk anak anak agar kelak mereka menjadi lelaki yang mandiri. Menjadi ayah dan suami terbaik bagi keluarganya. 

Selain itu saya juga ingin mempersiapkan dana pensiun agar jika kelak anak anak sudah tinggal bersama keluarganya dia tak harus dipusingkan dengan kebutuhan saya. Pun, akan mempersiapkan dana pemakaman agar jika saya meninggal tak harus membuat pusing mereka yang masih hidup!!
Kalau diminta membantu mengasuh cucu, I'm okay, (asal ada baby sitter nya ya nak) Kalaupun tidak, mungkin saya akan membuat taman bacaan atau jadi relawan di panti asuhan atau kuliah atau sesuatu semacam itu. Jika umur saya panjang, anak-anak saya tak akan diberi kewajiban untuk mengurus saya. Mereka boleh melakukannya jika mau, jika tidak saya akan santai santai dirmh sama si emba yg bersih2.. dan gangguin suami mancing!

Seorang ibu akan selalu menjadi cinta pertama anak lelakinya, tapi istrinyalah yang menjadi cinta terakhirnya. Istrinya adalah perempuan yang kelak berjuang bersamanya, bukan saya. Istri nya yg juga lahir dr rahim ibu, dibesarkan dng cinta oleh ibu nya lalu setelah menikah justru diambil dr ibu nya...  
Iya, cinta saya kepada bayu dan bara tidak akan pudar meski mereka sudah menikah, tapi saya tak ingin "memiliki" mereka. Prestasi anak lelaki bagi saya tidak dinilai dari cara anak saya memperlakukan ibunya, melainkan dari cara dia memperlakukan istri dan anak-anaknya. Sebab jika anak saya menjadi suami dan ayah yang baik, berarti saya telah berhasil mendidiknya!! Yesss.. sambil senyum haru
Entahlah, bagi saya hubungan anak dengan ibu bukanlah hubungan utang-piutang. Sayalah yang harus memberi mereka bekal, bukan sebaliknya. Saya tak ingin menjadi ibu yang sedikit-sedikit ngebacot soal balas budi. Melihat mereka bahagia dan baik-baik saja sudah cukup bagi saya. 

Untuk dua ibu hebat saya.. mama yahmi dan mami kustiyah, salim sungkem utk semua pelajaran dan contoh baik nya.. utk contoh yg kurang pas nya saya simpan rapat. Cukup sampai di kita aja ya.. doain anak perempuan ini bisa lebih baik jd ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar